Senin, 15 September 2014

Inisiasi Adopsi Pohon

Foto: Doc. YKWS

Dalam rangka pelestarian keanekaragaman hayati, dan perlindungan terhadap daerah tangkapan air (Catchman Area) Yayasan Konservasi Way Seputih membuat inisiasi berupa program Adopsi Pohon.
Adopsi pohon adalah donasi yang dikumpulkan dari adopter berupa uang dengan nominal yang sudah ditetapkan, yaitu sebesar Rp.100.000. Selanjutnya donasi yang sudah terkumpul dibelikan bibit pohon seperti durian, kemiri, sengon, petai, jengkol dll, yang akan ditanam dilahan kelompok/ koperasi yang ada di daerah cathman area atau sekitar hutan. 

Dalam program ini dibutuhkan kesepakatan antara pemilik lahan/kopersi, relawan pengumpul dana (YKWS) dan donatur/adopter sehingga program pohon asuh ini dapat berjalan sesuai dengan harapan. Dalam kesepakatan tersebut, pemilik lahan diwajibkan merawat dan menjaga kebun adopsi selama waktu yang ditentukan yakni 7 tahun. Selama masa tunggu ini, pemilik lahan diperkenankan mengambil hasil buah dari tanaman tersebut,  dan apabila sudah waktunya panen atau jatah tebang maka penebangan bisa dilakukan dengan catatan pemilik lahan harus menanam kembali pohon yang sudah ditebang. Kemudian, benefit sharing dari tebang kayu akan dikelola koperasi perluasan wilayah tanam dan sebagian lagi dipakai untuk pemberdayaan kelompok wanita tani dengan membuat program pengolahan hasil hutan bukan kayu, misalnya dengan pengolahan biji kemiri menjadi serbuk kemiri siap saji, olahan keripik pisang, olahan bubuk kopi dan masih banyak lagi. 

Program ini tentunya sangat membutuhkan partisipasi dari masyarakat luas yang peduli terhadap kelestarian lingkungan sebagai alternatif dalam memerangi illegal-logging, deforestasi dan degradasi hutan. Safe Our Environment and Safe Our Earth!

Kamis, 04 September 2014

Buah Pinang yang Punya Harga tapi Tak Dihargai

Foto: Doc.YKWS
Tumbuhan Pinang merupakan tumbuhan jenis palma. Tumbuhan ini banyak dijumpai di Asia, Fasifik dan Afrika. Di Indonesia sendiri, pinang dijadikan sebagai bahan obat herbal dan campuran untuk memakan sirih atau biasanya warga lokal menyebut dengan "nginang". 

Tumbuhan pinang biasanya banyak terdapat di kebun-kebun petani. Hal ini saya jumpai saat melakukan kunjungan lapangan ke kebun salah seorang anggota Koperasi Tirto Kencono bapak Sutrisno bulan lalu. Koperasi Tirto Kencono merupakan salah satu binaan dari Yayasan konservasi Way Seputih dimana saya bekerja. Mereka (petani) biasanya menanam pinang sebagai tanaman penghias atau pembatas lahan kebun, maka tak jarang buah pinang yang sudah tua dibiarkan jatuh berserakan dibawah batangnya, padahal biji pinang kering dihargai Rp.4000/kgnya.(il)